Minggu, 01 Juni 2008

Minyak...Oh..Minyak,,, PART 2


Pengurangan subsidi BBM penuh dengan pro-kontra. Apalagi kebijakan ini dilakukan menjelang akhir periode jabatan SBY-JK. Tentu saja hal ini jadi objek empuk kalangan oposisi untuk menyerang pasangan presiden-wapres saat ini. Salah satu isu di masyarakat yang menarik untuk saya adalah dugaan kenaikan harga BBM ditujukan untuk mempermudah langkah raksasa-raksasa minyak dunia masuk ke pasar Indonesia. Perusahaan swasta asing (yang kalo jadi masuk Indonesia) menjual BBM pada harga Internasional, tentu saja mereka ga bakal laku kalau BBM dari pemerintah (Pertamina) dijual dengan harga lebih murah karena masih disubsidi.

Beberapa pemain asing sudah mulai merambah masuk. Lihat saja SPBU Shell dan Petronas yang dapat dengan mudah dijumpai di sudut kota Jakarta dan sekitarnya. Kabarnya tak hanya Shell dan Petronas saja yang tertarik dengan pasar Indonesia, beberapa perusahaan swasta asing sudah mengajukan proposal. [data siapa saja mereka tidak saya publish karena saya tidak punya bukti yang cukup kuat, hanya dari dosen orang depkeu aja,,]

Terus kita bisa apa kalo emang pada akhirnya perusahaan swsta asing benar-benar menguasai pasar Indonesia?? Bukan tak mungkin hal ini terjadi mengingat kinerja Pertamina yang belum maksimal saat ini. Bahkan payah kalo boleh saya bilang (penuh dengan isu KKN, manajemen yang belum menerapkan TQM).

Saya miris jika mengingat hal ini. Tentu saja masyarakat kita lebih memilih mengisi bensinnya di SPBU asing yang bersih, yang pelayannya ramah, yang ada air dan angin gratis, yang kaca mobilnya dilap dari pada di SPBU Pertamina jika harga BBMnya tidak jauh beda.

Untuk itulah saya posting tulisan ini, agar masyarakat kita sadar (hehe walo blog saya sepi pengunjung yang penting kan niatnya). Ayo pilih Pertamina meski jelek yang penting milik sendiri.........!!! Mana nasionalisme anda?

Semoga Pertamina tidak mengecewakan saya................................



2 komentar:

Toronto13 mengatakan...

hehehehhh....taw ga,cadangan minyak kita ntu masih banyak terutama di kepulauan natuna,maluku, dan sekitar blok ambalat.
nilai dari konversi BBM di negara kita itu belum sesuai bila di bandingkann dengan daya beli masyarakat yang masih rendah.Yak emng kita menilik dalam ruang lingkup Makroekonomi yang berarti Minyak itu sendiri merupakan kebutuhan kita untuk selamanya,dan memang selam ini itulah yang terjadi.
para mbok2 dipasar ga mungkin memikirkan jauh kedepan untuk menggantikan minyak tanah dalam beliau memasak.Namun mungkin cevron sudah memikirkan menggantiakn minyak dengan listrik PLN (kasus ini benar2 terjadi)padahal tau sendiri cevron merupakan perusahaan minyak dunia terbsar sepanjang saya tahu setelah mengakuisisi unocal yang memegang proyek di Irak. Untuk penurunan 10 poin dari dollar AS maka minyak akan menguat sebayak 100 poin(maap lupa konversinya). Seandaninya kita belajar dari Malaya(red:Malaysia) kita mungkin akan memperbaiki manajerial dari Peramina sendiri sehingga menjadi sebuah BUMN yang memang bonafit.jangan sampai perdagangan energi di negeri ini menjadi liberalisasi,karena nantinya harga minyak itu sendiri yang menentukan adalah pihak Swasta.Apalagi Indonesia sudah keluar dari OPEC sehingga kita bangsa Indonesia tidak punya suara untuk menentukan harga minyak itu sendiri.
Dan saya yakin itu akan terjadi.

tamboel sadja tjoekoep.. mengatakan...

jangan pesimis mas...
sumber2 energi baru lagi gencardikembangkan dan menanti diproduksi massal.
tidak mungkin kan kita terus bergantung pada minyak fosil.

yap.yap, malaysia emang belajar dengan baik.di tempo beberapa minggu yang lalu direktur petronas bilang tahun 60-70an petronas belajar dari pertamina lho mas...